Proyectodelamano – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim, mengatakan banyak bahasa daerah yang terancam punah karena generasi baru belum mewarisi bahasa daerahnya. Nadiem mengatakan, pihaknya saat ini sedang merevitalisasi bahasa daerah, karena sebagian besar dari total 718 bahasa daerah di Indonesia terancam punah dan kritis.
“Saat ini, banyak penutur asli vernakular tidak lagi menggunakan bahasa tersebut dan mewariskannya kepada generasi berikutnya, menempatkan kekayaan budaya, ide, dan pengetahuan bahasa daerah yang kaya dalam risiko kepunahan,” kata Nadiem dalam konferensi pers.
Bahwa asal usul bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu, dasar bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang disesuaikan dengan perkembangannya dalam masyarakat Indonesia saat ini.
Ini adalah salah satu keputusan yang diambil pada tahun 1954 pada Kongres Bahasa Indonesia Kedua di Medan. Sebelum kemerdekaan Indonesia dan bahasa resmi kesatuan kita, sebagian besar penduduk Nusantara mengenal bahasa Melayu. Bahasa ini menonjol sebagai basantara (lingua franca) atau bahasa komunikasi.
Sejarah penggunaan bahasa Melayu di Nusantara dapat dibuktikan dengan beberapa penemuan. Prasasti yang ditemukan di Kedukan Bukit (Palembang, 683 M), Talang Tuwo (Palembang, 684 M), Kota Kapur (Bangka Barat, 686 M) dan Karang Brahi (Jambi, 688 M) ditulis dalam aksara Pranagari Melayu Kuno. Selain digunakan dalam transaksi bisnis, bahasa Melayu juga digunakan sebagai bahasa budaya, terutama pada masa Kerajaan Sriwijaya, yaitu sebagai bahasa utama dalam buku-buku pelajaran agama Buddha.
Berdasarkan landasan sejarah yang begitu kuat di Nusantara, maka tidak heran jika bahasa Melayu dipilih sebagai akar bahasa Indonesia. Itu sebabnya saya ingat sebagian besar kursus pengembangan bahasa Indonesia ketika saya masih di universitas. Namun, Kridalaksana dalam Early Centuries of the Indonesian Second Edition (2010:30) menyebutkan dua faktor lain yang membuat Melayu menjadi kandidat terkuat di antara orang Jawa dan Sunda.
mudah dikuasai
Bahasa Melayu adalah salah satu bahasa yang paling mudah untuk dikuasai. Strukturnya sederhana dan kosakatanya terbuka. Perlu juga diperhatikan bahwa bahasa Melayu yang mudah dan dasar bahasa Indonesianya adalah bahasa Melayu Pidgin. Pidgin adalah alat komunikasi singkat yang digunakan oleh dua pihak, individu atau kelompok, yang memiliki dua bahasa yang tidak saling memahami. Pijin Melayu sering digunakan dalam transaksi bisnis atau pertemuan singkat.
kolonialisme belanda
Pemerintah Belanda mengetahui bahwa bahasa Melayu adalah bahasa yang dikenal oleh masyarakat Hindia Belanda dan memiliki banyak variasi. Untuk memperkuat sistem pendidikan, pemerintah kolonial membentuk panitia khusus untuk menentukan jenis bahasa Melayu yang akan digunakan di sekolah dasar. Akhirnya, Bahasa Melayu Riau dikukuhkan sebagai Bahasa Melayu Baku dan menjadi bahasa resmi Balai Pustaka. Bahasa Melayu Riau ini kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia.
Jadi mengapa Belanda bukan bahan bakar terpenting bagi Indonesia? Menurut saya, pertanyaan ini mengundang jawaban yang sangat menarik. Kridalaksana menulis bahwa pemerintah Belanda di Indonesia tidak pernah memaksa penduduk asli untuk menguasai bahasa Belanda. Hal ini berbeda dengan sistem kolonial Belanda di Suriname dan Hindia Barat yang cenderung mengasimilasi penduduk dengan cara-cara yang memerlukan upaya untuk memperluas bahasa Belanda. Dapat juga dikatakan bahwa Belanda tidak secara linguistik menjajah Indonesia seperti yang dilakukan Inggris di Singapura.
Artinya, berdasarkan penjelasan di atas, penetapan bahasa Melayu sebagai dasar bahasa Indonesia didasarkan pada tiga faktor utama. Pertama, penutur bahasa Melayu lebih tersebar luas dibandingkan penutur bahasa lain di Nusantara. Kedua, Bahasa Melayu, khususnya Bahasa Melayu Pidgin, dianggap mudah untuk dikuasai. Hal inilah yang menyebabkan bahasa Melayu menjadi bahasa basantara. Selanjutnya, faktor ketiga adalah campur tangan pemerintah Belanda dalam pengenalan bahasa Melayu Riau sebagai alat komunikasi di sekolah dasar.